Bisnis Perkantoran Jakarta Tersendat Di Kala Covid-19, Ini Saran Pengamat
Rentfix.com – Wabah Covid-19 yang menjangkiti dunia sejak Kuartal I-2020, telah melumpuhkan bisnis perkantoran. Hal ini kemudian disikapi sejumlah perusahaan dengan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) untuk meminimalisasi penyebaran virus tersebut.
Akibatnya, ruangan kantor mulai sepi dan bisnis persewaan kantor terkoreksi. Tentu saja, kondisi ini merupakan saat-saat yang berat untuk pemilik dan pengelola gedung. Termasuk pebisnis dan pengelola co-working space yang sebagian besar klien utamanya adalah perusahaan rintisan atau start up.
Senior Director Office Services Colliers Bagus Adikusumo mengatakan, para operator perlu melakukan beberapa cara agar tetap mempertahankan bisnisnya pada masa krisis seperti saat ini. “Klien utama operator co-working space itu adalah para start up companies sekitar 80 persen, dan 20 persen lainnya adalah klien dari multinational company.
Start up yang terkoreksi akan tidak memperpanjang sewanya atau memilih opsi terminate,” tutur Bagus seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (3/5/2020). Fenomena relokasi dari pusat-pusat bisnis pun mulai terjadi. Operator memilih membuka operasionalnya di kawasan perumahan atau yang dekat pusat bisnis namun terjangkau komunitas.
Namun demikian, meski sudah ada fenomena demikian, dan terlihat peluang menjanjikan, Bagus menyarankan operator untuk tidak melakukan ekspansi terlebih dahulu. “Bisnis start up sedang terganggu, dan kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir,” lanjutnya. Bahkan, Bagus mengakui ada beberapa co-working space yang mulai melakukan pengurangan ruang sewa atau down sizing.
Namun dia enggan menyebutkan nama operator tersebut. “Beberapa gedung mau ditutup. Itu sangat wajar karena klien utamanya hilang, start up companies sekarang terkoreksi secara alam karena pandemi ini, hanya [start up] yang investor dan platformnya kuat mereka bisa bertahan,” imbuh dia.
Selain berdampak pada bisnis co-working space, pandemi ini juga memengaruhi jumlah kebutuhan ruang kantor di wilayah Jakarta. Apabila model bisnis WFH ini berlanjut, maka akan lebih sedikit kebutuhan ruang kantor. Dengan demikian, biaya sewa kantor pun tereduksi secara signifikan. “Akan membutuhan beberapa tahun agar perkantoran yang tersedia dapat terserap pasar sebelum pasokan dan permintaanya menjadi seimbang,” lanjut Bagus.
Padahal, proyek pembangunan perkantoran baru sebagian besar diperkirakan selesai pada tahun 2021. Beberapa di antaranya adalah Daswin Tower seluas 80.000 meter persegi, Thamrin Nine 97.500 meter persegi, Indonesia Satu North Tower 43.000 meter persegi, Indonesia Satu South Tower 88.500 meter persegi, dan Jakarta Office Tower by MORI 90.000 meter persegi.
Efisiensi
Bagus menyarankan perusahaan-perusahaan yang telah, atau sedang merencanakan untuk relokasi sebaiknya melakukan perhitungan ulang model bisnis baru dan dapat meninjaunya kembali setelah semuanya kembali normal. “Efisiensi dapat dihitung antara pendapatan dan pengeluaran, jadi untuk menyusun ulang strategi jangka panjang, operasi dan keuangan harus benar-benar diperhitungkan,” ucap dia.
Senada dengan Colliers, Head of Research JLL James Taylor mengatakan bahwa bisnis perkantoran hampir mendekati level terbawahnya karena situasi ini. “Tingkat sewa tidak menunda penyewa melakukan penawaran baru, namun Covid-19 memberikan dampak yang tak terkira. Kami memprediksi tidak akan banyak kontrak sewa yang ditandatangani pada Kuartal II tahun ini,” tutur Taylor dalam laporan penelitian pasar edisi April 2020.
Penundaan ini menyebabkan harga sewa perkantoran ikut melandai. Contohnya perkantoran kelas A telah yang turun sepertiga dari harga tertingginya pada pertengahan 2015 ke harga terendah awal tahun ini. Selain penundaan ekspansi, juga karena volume pasokan ruang kantor baru yang terhitung besar pada lima tahun terakhir.